Minggu, 23 November 2014

askep resiko bunuh diri



BAB I
PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG
Depresi merupakan masalah kesehatan jiwa yang utama.hal ini amat penting karena orang dengan depresi produktivitasnya akan menurun dan ini amat buruk akibatnya bagi suatu masyarakat,bangsa dan negara yang sedang membangun. Orang yang mengalami depresi adalah orang yang amat menderita. Depresi adalah penyebab utama tindakan bunuh diri.(Hawari,2001,hal.85)
Bunuh diri merupakan masalah yang sering terjadi di dunia yang sangat mengancam sejak tahun 1958 dari 100.000 penduduk jepang 25 orang diantaranya meninggal akibat bunuh diri. Sedangkan untuk Negara Austria, Denmark, inggris, rata-rata 23 orang. Urutan pertama diduduki jerman dengan angka 37 orang per 100.000 penduduk. Di amerika tiap 24 menit seorang meninggal akibat bunuh diri dan setiap tahunnya 30.000 orang meninggal akibat bunuh diri. Jumlah usaha bunuh diri yang sebenarnya adalah 10 kali lebih besar dari angka tersebut,tetapi cepat tertolong kini yang menghawatirkan trend bunuh diri mulai tampak meningkat terjadi pada anak-anak dan remaja.(Yosep,2009,hal.128)
Perawat ataupun tenaga kesehatan lain hendaknya memberikan saran, motivasi bahkan cara yang dapat meminimalkan dan bahkan mencegah terjadinya bunuh diri pada klien sehingga klien dapat menyalurkan kemarahannya pada tempat dan situsai yang benar dan positif sehingga tidak membahayakan pasien sendiri. Perawat juga bisa memberikan aktivitas ataupun kegiatan yang dapat mengurangi dari tingkat depresi dan resiko bunuh diri klien sehingga hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi. Oleh sebab itulah peran dari setiap aspek dan orang terdekat klien sangat berpengaruh pada timbulnya resiko bunuh diri yang dilakukan oleh klien.


I.2. RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian dari bunuh diri?
2.      Apa rentang respon dari RBD?
3.      Apa faktor predisposisi dan presipitasi RBD?
4.      Tanda dan gejala (mayor dan minor)?
5.      Apa Psikopatologi pada RBD?
6.      Diagnosa keperawatan dan diagnose medis pada RBD?
7.      Apa Penatalaksanaan pada RBD?
8.      Bagaimana askep pada RBD?

I.3. TUJUAN PENULISAN
1.      Umum
Mahasiswa mampu mengetahui tentang konsep atau teoritis dari resiko bunuh diri
2.      Khusus
Setelah membaca makalah ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami:
a.       Menjelaskan tentang konsep dasar depresi serta hubungannya dengan resiko bunuh diri
b.      Menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan resiko bunuh diri


BAB II
TINJAUAN TEORI

II.1. PENGERTIAN
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan. (Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S - 1 Keperawatan).
Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Bunuh diri adalah pikiran untuk menghilangkan nyawa sendiri (Ann Isaacs, 2004). Bunuh diri adalah ide, isyarat dan usaha bunuh diri, yang sering menyertai gangguan depresif dan sering terjadi pada remaja

II.2. RENTANG RESPONS, YOSEP, IYUS (2009)
1.      Peningkatan diri. Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai  loyalitas terhadap pimpinan ditempat kerjanya.
2.      Beresiko destruktif. Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko mengalami perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal.
3.      Destruktif diri tidak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat (maladaptif) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri. Misalnya, karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka seorang karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal.
4.      Pencederaan diri. Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
5.      Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya hilang.
Perilaku bunuh diri menurut (Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009) dibagi menjadi tiga kategori yang sebagai berikut.
1.      Upaya bunuh diri (scucide attempt) yaitu sengaja kegiatan itu sampai tuntas akan menyebabkan kematian. Kondisi ini terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan. Orang yang hanya berniat melakukan upaya bunuh diri dan tidak benar-benar ingin mati mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.
2.     Isyarat bunuh diri (suicide gesture) yaitu bunuh diri yang direncanakan untuk usaha mempengaruhi perilaku orang lain.
3.     Ancaman bunuh diri (suicide threat) yaitu suatu peringatan baik secara langsung verbal atau nonverbal bahwa seseorang sedang mengupayakan bunuh diri. Orang tersebut mungkin menunjukkan  secara verbal bahwa dia tidak akan ada di sekitar kita lagi atau juga mengungkapkan secara nonverbal berupa pemberian hadiah, wasiat, dan sebagainya. Kurangnya respon positif dari orang sekitar dapat dipersepsikan sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.

Respon adaptif

Respon maladaptif
Peningkatan diri
Beresiko destruktif
Destruktif diri tidak langsung
Pencederaan diri
Bunuh diri










II.3. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI
Menurut Fitria, Nita, 2009. Dalam buku Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Program S - 1 Keperawatan), etiologi dari resiko bunuh diri adalah :
1.      Faktor Predisposisi
Lima factor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku destruktif-diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut :
a.       Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
b.      Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh diri adalah antipati, impulsif, dan depresi.
c.       Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian negatif dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan perceraian. Kekuatan dukungan social sangat penting dalam menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab masalah, respons seseorang dalam menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain.
d.      Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
e.       Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti serotonin, adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui ekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph (EEG).
2.      Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan. Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan.
3.      Perilaku Koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor social maupun budaya. Struktur social dan kehidupan bersosial dapat menolong atau bahkan mendorong klien melakukan perilaku bunuh diri. Isolasi social dapat menyebabkan kesepian dan meningkatkan keinginan seseorang untuk melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam kegiatan masyarakat lebih mampu menoleransi stress dan menurunkan angka bunuh diri. Aktif dalam kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
4.      Mekanisme Koping
Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization, regression, dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya tidak ditentang tanpa memberikan koping alternatif.

Perilaku  bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan mekanisme adaptif pada diri seseorang.

II.4. TANDA DAN GEJALA
1.   Gangguan mayor
Gejala-gejala dari gangguan mayor berupa perubahan dari nafsu makan dan berat badan, perubahan pola tidur dan aktivitas, kekurangan energi, perasaan bersalah, dan pikiran untuk bunuh diri yang berlangsung setidaknya ± 2 minggu (Kaplan, et al, 2010).
2.   Gangguan minor
Gejala-gejala dari depresi minor mirip dengan gangguan depresi mayor dan dysthmia, tetapi gangguan ini bersifat lebih ringan dan atau berlangsung lebih singkat (National Institute of Mental Health, 2010).

II.5. PSIKOPATOLOGI
Semua prilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang yang siap membunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak kekerasan, mempunyai rencana spesifik dan mempunyai niat untuk melakukannya. Prilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 4 kategori :
1.      Isyarat Bunuh Diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berprilaku secara tidak langsung ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan:”tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi jauh!” atau” segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”
Pada kondisi ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Pasien umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/sedih/marah/putus asa/tidak berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal-hal negative tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah.
2.      Ancaman bunuh diri
Peningkatan verbal/nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang tentang kematian, kurangnya respon positif dapat ditafsirkan seseorang sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.
Ancaman bunuh diri pada umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan untuk mati,disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.
3.      Upaya bunuh diri
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah. Pada kondisi ini pasien aktif mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi. Percobaan bunuh diri terlebih dahulu individu tersebut mengalami depresi yang berat akibat suatu masalah yang menjatuhkan harga dirinya.
4.      Bunuh Diri
Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau terabaikan. Orang yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak langsung ingin mati mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.

II.6. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN MEDIS
1.       Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah : RBD
2.       Diagnosa medis
Rounded Rectangle: Kegagalan dan evaluasi diriRounded Rectangle: Krisis dlm hubungan interpersonalDiagnosa medis yang muncul adalah


















Rounded Rectangle: Konflik batin














Rounded Rectangle: Kehilangan makna dan harapan hidup


Rounded Rectangle: RBD





 









II.7. PENATALAKSANAAN
1.      Penatalaksanaan medis
a.       memeriksa pasien yang berusaha bunuh diri.
b.      Pada pasien dengan gangguan depresi berat mungkin diobati sebaga pasien rawat jalan jika keluarganya dapat mengawasi mereka secara ketat dan pengobatannya dapat dimulai secar cepat.
c.       Proses terapi
1)      Pendekatan Psikodinamika
2)      Pendekatan Behavioral
3)      Pendekatan Kognitif
4)      Pendekatan Biologis
a)      Kemoterapi (Chemotherapy)
b)      Antianxiety Drugs, Anti Depressant, Antipsychotic
c)      Electroconvulsive
d)     Psychosurgery

2.      Penatalaksanaan keperawatan
a.       Bantu klien untuk menurunkan resiko perilaku destruktif yang diarahkan pada diri sendiri, dengan cara :
1)      Kaji tingkatan resiko yang di alami pasien : tinggi, sedang, rendah.
2)      Kaji level Long-Term Risk yang meliputi : Lifestyle/ gaya hidup, dukungan social yang tersedia, rencana tindakan yang bisa mengancam kehidupannya, koping mekanisme yang biasa digunakan.
b.      Berikan lingkungan yang aman ( safety) berdasarkan tingkatan resiko , managemen untuk klien yang memiliki resiko tinggi
1)      Orang yang ingin suicide dalam kondisi akut seharusnya ditempatkan didekat ruang perawatan yang mudah di monitor oleh perawat.
2)      Mengidentifikasi dan mengamankan benda – benda yang dapat membahayakan klien misalnya : pisau, gunting, tas plastic, kabel listrik, sabuk, hanger dan barang berbahaya lainnya.
c.       Membantu meningkatkan harga diri klien
1)      Tidak menghakimi dan empati
2)      Mengidentifikasi aspek positif yang dimilikinya
3)      Mendorong berpikir positip dan berinteraksi dengan orang lain
4)      Berikan jadual aktivitas harian yang terencana untuk klien dengan control impuls yang rendah
5)      Melakukan terapi kelompok dan terapi kognitif dan perilaku bila diindikasikan.
d.      Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mendapatkan dukungan social
1)      Informasikan kepada keluarga dan saudara klien bahwa klien membutuhkan dukungan social yang adekuat
2)      Bersama pasien menulis daftar dukungan sosial yang di punyai termasuk jejaring sosial yang bisa di akses.
3)      Dorong klien untuk melakukan aktivitas social
e.       Membantu klien mengembangkan mekanisme koping yang positip.
1)      Mendorong ekspresi marah dan bermusuhan secara asertif
2)      Lakukan pembatasan pada ruminations tentang percobaan bunuh diri.
3)      Bantu klien untuk mengetahui faktor predisposisi ‘ apa yang terjadi sebelum anda memiliki pikiran bunuh diri’
4)      Memfasilitasi uji stress kehidupan dan mekanisme koping
5)      Explorasi perilaku alternative
6)      Gunakan modifikasi perilaku yang sesuai

II.8. ASKEP
1.      Contoh Kasus
Tn. B berusia 35 tahun, bekerja di sebuah perusahaan swasta bernama PT. Bagindo. Status menikah, tapi belum memiliki anak. Perusahaan tempatnya bekerja mengalami masalah, akibatnya sebagian besar para pekerjanya terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), termasuk salah satunya Tn. B. Akibatnya kondisi keuangan Tn. B memburuk, sehingga membuat istrinya meminta cerai karena Tn. B tidak bisa memberikan nafkah lagi kepada istrinya. Dan Tn. B pun menjadi putus asa dan ingin mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.

Pengkajian
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh klien untuk mengakhiri kehidupannya. Berdasarkan besarnya kemungkinan klien melakukan bunuh diri, ada tiga macam perilaku bunuh diri yang perlu diperhatikan, yaitu :
a.      berperilaku secara tidak langsung ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan :”Tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”
b.      Secara aktif klien telah memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat tinggi.

2.      Diagnosa Keperawatan
Rencana Keperawatan
TUM :
Klien tidak mencederai diri sendiri
TUK 1
Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria Evaluasi :
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan,mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi
Rencana Tindakan :
a.       Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik :
1)      Sapa klien dengan nama baik verbal maupun non verbal.
2)      Perkenalkan diri dengan sopan.
3)      Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
4)      Jelaskan tujuan pertemuan.
5)      Jujur dan menepati janji.
6)      Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
7)      Berikan perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar

TUK 2
Klien dapat terlindung dari perlaku bunuh diri,
Kriteria evaluasi :
Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
Rencana Tindakan :
a.       Jauhkan klien dari benda-benda yang dapat membahayakan.
b.      Tempatkan klien diruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.
c.       Awasi klien secara ketat setiap saat

TUK 3
Klien dapat mengekspresikan perasaannya,
Kriteria evaluasi :
Klien dapat mengekspresikan perasaannya
Rencana Tindakan :
a.       Dengarkan keluhan yang dirasakan klien.
b.      Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan keputusasaan.
c.       Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaannya.
d.      Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan keinginan untuk hidup.

TUK 4
Klien dapat meningkatkan harga diri,
Kriteria evaluasi :
Klien dapat meningkatkan harga dirinya
Rencana Tindakan :
a.       Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
b.      Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.
c.       Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal : hubungan antar sesama, keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan)

TUK 5
Klien dapat menggunakan koping yang adaptif,
Kriteria evaluasi :
Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
Rencana Tindakan :
a.       Ajarkan mengidentifikasi pengalaman-pengalaman yang menyenangkan.
b.      Bantu untuk mengenali hal-hal yang ia cintai dan yang ia sayangi dan pentingnya terhadap kehidupan orang lain.
c.       Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain.


TUK 6
Klien dapat menggunakan dukungan sosial,
Kriteria evaluasi :
Klien dapat menggunakan dukungan sosial.
Rencana Tindakan :
a.       Kaji dan manfaatkan sumber-sumber eksternal individu.
b.      Kaji sistem pendukung keyakinan yang dimiliki klien.
c.       Lakukan rujukan sesuai indikasi (pemuka agama).

TUK 7
Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat,
Kriteria evaluasi :
Klien dapat menggunakan obat dengan tepat
Rencana Tindakan :
a.       Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat).
b.      Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.
c.       Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan oleh klien.
d.      Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar.



BAB III
PENUTUP

III.1. KESIMPULAN
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan dan Pada umumnya merupakan cara ekspresi orang yang penuh stress dan berkembang dalam beberapa rentang. Banyak penyebab/alasan seseorang melakukan bunuh diri diantaranya : kegagalan beradaptasi,perasaan marah dan terisolasi, dan lainnya Bunuh diri biasanya didahului oleh isyarat bunuh diri,ancaman bunuh diri serta percobaan bunuh diri: Pengkajian orang yang bunuh diri juga mencakup apakah orang tersebut tidak membuat rencana yang spesifik dan apakah tersedia alat untuk melakukan rencana bunuh diri tersebut

III.2. SARAN
Hendaknya perawat memiliki pengetahuan yang cukup cirri-ciri pasien yang ingin mengakhiri hidupnya sehingga dapat mengantisipasi terjadinya perilaku bunuh diri pasien. Hendaknya perawat melibatkan keluarga dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien.


DAFTAR PUSTAKA

CAPTAIN, C, ( 2008). Assessing suicide risk, Nursing made incredibly easy, Volume
6(3), May/June 2008, p 46–53
Varcarolis, E M (2000). Psychiatric Nursing Clinical Guide, WB Saunder Company,
Philadelphia.
Stuart, GW and Laraia (2005). Principles and practice of psychiatric nursing, 8ed.
Elsevier Mosby, Philadelphia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar