BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Depresi merupakan masalah kesehatan jiwa yang
utama.hal ini amat penting karena orang dengan depresi produktivitasnya akan
menurun dan ini amat buruk akibatnya bagi suatu masyarakat,bangsa dan negara
yang sedang membangun. Orang yang mengalami depresi adalah orang yang amat
menderita. Depresi adalah penyebab utama tindakan bunuh
diri.(Hawari,2001,hal.85)
Bunuh diri merupakan masalah yang sering
terjadi di dunia yang sangat mengancam sejak tahun 1958 dari 100.000 penduduk
jepang 25 orang diantaranya meninggal akibat bunuh diri. Sedangkan untuk Negara
Austria, Denmark, inggris, rata-rata 23 orang. Urutan pertama diduduki jerman
dengan angka 37 orang per 100.000 penduduk. Di amerika tiap 24 menit seorang
meninggal akibat bunuh diri dan setiap tahunnya 30.000 orang meninggal akibat
bunuh diri. Jumlah usaha bunuh diri yang sebenarnya adalah 10 kali lebih besar
dari angka tersebut,tetapi cepat tertolong kini yang menghawatirkan trend bunuh
diri mulai tampak meningkat terjadi pada anak-anak dan
remaja.(Yosep,2009,hal.128)
Perawat ataupun tenaga kesehatan lain hendaknya
memberikan saran, motivasi bahkan cara yang dapat meminimalkan dan bahkan
mencegah terjadinya bunuh diri pada klien sehingga klien dapat menyalurkan
kemarahannya pada tempat dan situsai yang benar dan positif sehingga tidak
membahayakan pasien sendiri. Perawat juga bisa memberikan aktivitas ataupun
kegiatan yang dapat mengurangi dari tingkat depresi dan resiko bunuh diri klien
sehingga hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi. Oleh sebab itulah peran
dari setiap aspek dan orang terdekat klien sangat berpengaruh pada timbulnya
resiko bunuh diri yang dilakukan oleh klien.
I.2. RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa pengertian dari bunuh diri?
2.
Apa rentang respon dari RBD?
3.
Apa faktor predisposisi dan presipitasi RBD?
4.
Tanda
dan gejala (mayor dan minor)?
5.
Apa Psikopatologi
pada RBD?
6.
Diagnosa
keperawatan dan diagnose medis pada RBD?
7.
Apa
Penatalaksanaan pada RBD?
8.
Bagaimana
askep pada RBD?
I.3. TUJUAN PENULISAN
1.
Umum
Mahasiswa mampu
mengetahui tentang konsep atau teoritis dari resiko bunuh diri
2.
Khusus
Setelah membaca makalah
ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami:
a. Menjelaskan tentang konsep dasar depresi serta hubungannya dengan resiko
bunuh diri
b. Menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan resiko
bunuh diri
BAB II
TINJAUAN TEORI
II.1. PENGERTIAN
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko
untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam
nyawa. Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif
terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian.
Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri,
niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang
diinginkan. (Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009. Prinsip
Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan
Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi
Program S - 1 Keperawatan).
Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat
mengarah pada kematian. Bunuh diri adalah pikiran untuk menghilangkan nyawa
sendiri (Ann Isaacs, 2004). Bunuh diri adalah ide, isyarat dan usaha bunuh
diri, yang sering menyertai gangguan depresif dan sering terjadi pada remaja
II.2. RENTANG RESPONS, YOSEP, IYUS (2009)
1.
Peningkatan diri. Seseorang dapat
meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar terhadap situasional
yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh seseorang mempertahankan diri
dari pendapatnya yang berbeda mengenai loyalitas terhadap pimpinan
ditempat kerjanya.
2.
Beresiko destruktif. Seseorang
memiliki kecenderungan atau beresiko mengalami perilaku destruktif atau
menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat mempertahankan
diri, seperti seseorang merasa patah semangat bekerja ketika dirinya dianggap
tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal.
3.
Destruktif diri tidak langsung.
Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat (maladaptif) terhadap situasi
yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri. Misalnya, karena pandangan
pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka seorang karyawan menjadi
tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal.
4.
Pencederaan diri. Seseorang
melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akibat hilangnya harapan
terhadap situasi yang ada.
5.
Bunuh diri. Seseorang telah melakukan
kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya hilang.
Perilaku bunuh diri menurut
(Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009) dibagi menjadi tiga
kategori yang sebagai berikut.
1.
Upaya bunuh diri (scucide
attempt) yaitu sengaja kegiatan itu sampai tuntas akan menyebabkan
kematian. Kondisi ini terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau
diabaikan. Orang yang hanya berniat melakukan upaya bunuh diri dan tidak
benar-benar ingin mati mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui
tepat pada waktunya.
2.
Isyarat bunuh diri (suicide
gesture) yaitu bunuh diri yang direncanakan untuk usaha mempengaruhi
perilaku orang lain.
3.
Ancaman bunuh diri (suicide
threat) yaitu suatu peringatan baik secara langsung verbal atau
nonverbal bahwa seseorang sedang mengupayakan bunuh diri. Orang tersebut
mungkin menunjukkan secara verbal bahwa dia tidak akan ada di sekitar
kita lagi atau juga mengungkapkan secara nonverbal berupa pemberian hadiah,
wasiat, dan sebagainya. Kurangnya respon positif dari orang sekitar dapat
dipersepsikan sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.
Respon
adaptif
|
Respon
maladaptif
|
|||
Peningkatan
diri
|
Beresiko
destruktif
|
Destruktif
diri tidak langsung
|
Pencederaan
diri
|
Bunuh
diri
|
II.3. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI
Menurut
Fitria, Nita, 2009. Dalam buku Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan
Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7
Diagnosis Keperawatan Program S - 1 Keperawatan), etiologi dari resiko bunuh
diri adalah :
1.
Faktor Predisposisi
Lima
factor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku destruktif-diri
sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut :
a.
Diagnosis Psikiatrik
Lebih
dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri mempunyai
riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu berisiko
untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah gangguan afektif, penyalahgunaan
zat, dan skizofrenia.
b.
Sifat Kepribadian
Tiga
tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh diri adalah
antipati, impulsif, dan depresi.
c.
Lingkungan Psikososial
Faktor
predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah pengalaman
kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian negatif dalam hidup,
penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan perceraian. Kekuatan dukungan social
sangat penting dalam menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih
dahulu mengetahui penyebab masalah, respons seseorang dalam menghadapi masalah
tersebut, dan lain-lain.
d.
Riwayat Keluarga
Riwayat
keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor penting yang dapat
menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
e.
Faktor Biokimia
Data
menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi peningkatan
zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti serotonin, adrenalin, dan
dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui ekaman gelombang
otak Electro Encephalo Graph (EEG).
2.
Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat
ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami oleh individu. Pencetusnya
sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan. Faktor lain yang dapat
menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui media mengenai orang yang
melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya
labil, hal tersebut menjadi sangat rentan.
3.
Perilaku Koping
Klien dengan penyakit kronik atau
penyakit yang mengancam kehidupan dapat melakukan perilaku bunuh diri dan
sering kali orang ini secara sadar memilih untuk melakukan tindakan bunuh diri.
Perilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor social maupun
budaya. Struktur social dan kehidupan bersosial dapat menolong atau bahkan
mendorong klien melakukan perilaku bunuh diri. Isolasi social dapat menyebabkan
kesepian dan meningkatkan keinginan seseorang untuk melakukan bunuh diri.
Seseorang yang aktif dalam kegiatan masyarakat lebih mampu menoleransi stress
dan menurunkan angka bunuh diri. Aktif dalam kegiatan keagamaan juga dapat
mencegah seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
4.
Mekanisme Koping
Seseorang klien mungkin memakai
beberapa variasi mekanisme koping yang berhubungan dengan perilaku bunuh diri,
termasuk denial, rasionalization, regression, dan magical
thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya tidak
ditentang tanpa memberikan koping alternatif.
Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping.
Ancaman bunuh diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan
pertolongan agar dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan
kegagalan koping dan mekanisme adaptif pada diri seseorang.
II.4. TANDA DAN GEJALA
1. Gangguan mayor
Gejala-gejala dari gangguan mayor berupa perubahan dari nafsu makan
dan berat badan, perubahan pola tidur dan aktivitas, kekurangan energi,
perasaan bersalah, dan pikiran untuk bunuh diri yang berlangsung setidaknya ± 2
minggu (Kaplan, et al, 2010).
2. Gangguan minor
Gejala-gejala dari depresi minor mirip dengan gangguan depresi
mayor dan dysthmia, tetapi gangguan ini bersifat lebih ringan dan atau
berlangsung lebih singkat (National Institute of Mental Health, 2010).
II.5. PSIKOPATOLOGI
Semua prilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang yang
siap membunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak
kekerasan, mempunyai rencana spesifik dan mempunyai niat untuk melakukannya.
Prilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 4 kategori :
1.
Isyarat
Bunuh Diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berprilaku secara tidak
langsung ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan:”tolong jaga anak-anak
karena saya akan pergi jauh!” atau” segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”
Pada kondisi ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri
hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Pasien
umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/sedih/marah/putus
asa/tidak berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal-hal negative tentang diri
sendiri yang menggambarkan harga diri rendah.
2.
Ancaman
bunuh diri
Peningkatan verbal/nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan
untuk bunuh diri. Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang tentang kematian,
kurangnya respon positif dapat ditafsirkan seseorang sebagai dukungan untuk
melakukan tindakan bunuh diri.
Ancaman bunuh diri pada umumnya diucapkan oleh pasien, berisi
keinginan untuk mati,disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan
persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien telah
memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh
diri.
3.
Upaya
bunuh diri
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh
individu yang dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah. Pada kondisi ini
pasien aktif mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong
urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi. Percobaan bunuh diri
terlebih dahulu individu tersebut mengalami depresi yang berat akibat suatu
masalah yang menjatuhkan harga dirinya.
4.
Bunuh
Diri
Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan
atau terabaikan. Orang yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak langsung
ingin mati mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat
pada waktunya.
II.6. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN MEDIS
1. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah : RBD
2. Diagnosa medis


![]() |
![]() |
||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||
II.7. PENATALAKSANAAN
1.
Penatalaksanaan
medis
a.
memeriksa
pasien yang berusaha bunuh diri.
b.
Pada
pasien dengan gangguan depresi berat mungkin diobati sebaga pasien rawat jalan
jika keluarganya dapat mengawasi mereka secara ketat dan pengobatannya dapat
dimulai secar cepat.
c.
Proses
terapi
1)
Pendekatan
Psikodinamika
2)
Pendekatan
Behavioral
3)
Pendekatan
Kognitif
4)
Pendekatan
Biologis
a)
Kemoterapi
(Chemotherapy)
b)
Antianxiety Drugs, Anti Depressant, Antipsychotic
c)
Electroconvulsive
d)
Psychosurgery
2.
Penatalaksanaan
keperawatan
a.
Bantu
klien untuk menurunkan resiko perilaku destruktif yang diarahkan pada diri
sendiri, dengan cara :
1)
Kaji
tingkatan resiko yang di alami pasien : tinggi, sedang, rendah.
2)
Kaji
level Long-Term Risk yang meliputi : Lifestyle/ gaya hidup, dukungan social yang
tersedia, rencana tindakan yang bisa mengancam kehidupannya, koping mekanisme
yang biasa digunakan.
b.
Berikan
lingkungan yang aman ( safety) berdasarkan tingkatan resiko , managemen untuk
klien yang memiliki resiko tinggi
1)
Orang
yang ingin suicide dalam kondisi akut seharusnya ditempatkan didekat ruang
perawatan yang mudah di monitor oleh perawat.
2)
Mengidentifikasi
dan mengamankan benda – benda yang dapat membahayakan klien misalnya : pisau,
gunting, tas plastic, kabel listrik, sabuk, hanger dan barang berbahaya
lainnya.
c.
Membantu
meningkatkan harga diri klien
1)
Tidak
menghakimi dan empati
2)
Mengidentifikasi
aspek positif yang dimilikinya
3)
Mendorong
berpikir positip dan berinteraksi dengan orang lain
4)
Berikan
jadual aktivitas harian yang terencana untuk klien dengan control impuls yang
rendah
5)
Melakukan
terapi kelompok dan terapi kognitif dan perilaku bila diindikasikan.
d.
Bantu
klien untuk mengidentifikasi dan mendapatkan dukungan social
1)
Informasikan
kepada keluarga dan saudara klien bahwa klien membutuhkan dukungan social yang
adekuat
2)
Bersama
pasien menulis daftar dukungan sosial yang di punyai termasuk jejaring sosial
yang bisa di akses.
3)
Dorong
klien untuk melakukan aktivitas social
e.
Membantu
klien mengembangkan mekanisme koping yang positip.
1)
Mendorong
ekspresi marah dan bermusuhan secara asertif
2)
Lakukan
pembatasan pada ruminations tentang percobaan bunuh diri.
3)
Bantu
klien untuk mengetahui faktor predisposisi ‘ apa yang terjadi sebelum anda
memiliki pikiran bunuh diri’
4)
Memfasilitasi
uji stress kehidupan dan mekanisme koping
5)
Explorasi
perilaku alternative
6)
Gunakan
modifikasi perilaku yang sesuai
II.8.
ASKEP
1. Contoh Kasus
Tn.
B berusia 35 tahun, bekerja di sebuah perusahaan swasta bernama PT. Bagindo.
Status menikah, tapi belum memiliki anak. Perusahaan tempatnya bekerja
mengalami masalah, akibatnya sebagian besar para pekerjanya terkena pemutusan
hubungan kerja (PHK), termasuk salah satunya Tn. B. Akibatnya kondisi keuangan
Tn. B memburuk, sehingga membuat istrinya meminta cerai karena Tn. B tidak bisa
memberikan nafkah lagi kepada istrinya. Dan Tn. B pun menjadi putus asa dan
ingin mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.
Pengkajian
Bunuh diri merupakan tindakan
yang secara sadar dilakukan oleh klien untuk mengakhiri kehidupannya.
Berdasarkan besarnya kemungkinan klien melakukan bunuh diri, ada tiga macam
perilaku bunuh diri yang perlu diperhatikan, yaitu :
a.
berperilaku secara tidak langsung
ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan :”Tolong jaga anak-anak karena
saya akan pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”
b.
Secara aktif klien telah
memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri
dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan
diri dari tempat tinggi.
2.
Diagnosa
Keperawatan
Rencana Keperawatan
TUM :
Klien
tidak mencederai diri sendiri
TUK 1
Klien
dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria Evaluasi :
Ekspresi
wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat
tangan,mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan
perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi
Rencana Tindakan :
a. Bina
hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik :
1) Sapa
klien dengan nama baik verbal maupun non verbal.
2) Perkenalkan
diri dengan sopan.
3) Tanyakan
nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
4) Jelaskan
tujuan pertemuan.
5) Jujur
dan menepati janji.
6) Tunjukkan
sikap empati dan menerima klien apa adanya.
7) Berikan
perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar
TUK
2
Klien
dapat terlindung dari perlaku bunuh diri,
Kriteria
evaluasi :
Klien
dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
Rencana
Tindakan :
a.
Jauhkan klien dari benda-benda
yang dapat membahayakan.
b.
Tempatkan klien diruangan yang
tenang dan selalu terlihat oleh perawat.
c.
Awasi klien secara ketat setiap
saat
TUK
3
Klien
dapat mengekspresikan perasaannya,
Kriteria
evaluasi :
Klien
dapat mengekspresikan perasaannya
Rencana
Tindakan :
a.
Dengarkan keluhan yang dirasakan
klien.
b.
Bersikap empati untuk
meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan keputusasaan.
c.
Beri waktu dan kesempatan untuk
menceritakan arti penderitaannya.
d.
Beri dukungan pada tindakan atau
ucapan klien yang menunjukkan keinginan untuk hidup.
TUK
4
Klien
dapat meningkatkan harga diri,
Kriteria
evaluasi :
Klien
dapat meningkatkan harga dirinya
Rencana
Tindakan :
a.
Bantu untuk memahami bahwa klien
dapat mengatasi keputusasaannya.
b.
Kaji dan kerahkan sumber-sumber
internal individu.
c.
Bantu mengidentifikasi
sumber-sumber harapan (misal : hubungan antar sesama, keyakinan, hal-hal untuk
diselesaikan)
TUK
5
Klien
dapat menggunakan koping yang adaptif,
Kriteria
evaluasi :
Klien
dapat menggunakan koping yang adaptif
Rencana
Tindakan :
a.
Ajarkan mengidentifikasi
pengalaman-pengalaman yang menyenangkan.
b.
Bantu untuk mengenali hal-hal
yang ia cintai dan yang ia sayangi dan pentingnya terhadap kehidupan orang
lain.
c.
Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan
pada orang lain.
TUK
6
Klien
dapat menggunakan dukungan sosial,
Kriteria
evaluasi :
Klien
dapat menggunakan dukungan sosial.
Rencana
Tindakan :
a.
Kaji dan manfaatkan sumber-sumber
eksternal individu.
b.
Kaji sistem pendukung keyakinan
yang dimiliki klien.
c.
Lakukan rujukan sesuai indikasi
(pemuka agama).
TUK 7
Klien
dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat,
Kriteria evaluasi :
Klien
dapat menggunakan obat dengan tepat
Rencana Tindakan :
a.
Diskusikan tentang obat (nama,
dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat).
b.
Bantu menggunakan obat dengan
prinsip 5 benar.
c.
Anjurkan membicarakan efek dan
efek samping yang dirasakan oleh klien.
d.
Beri reinforcement positif bila
menggunakan obat dengan benar.
BAB
III
PENUTUP
III.1. KESIMPULAN
Bunuh
diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri
kehidupan dan Pada umumnya merupakan cara ekspresi orang yang penuh stress dan
berkembang dalam beberapa rentang. Banyak penyebab/alasan seseorang melakukan
bunuh diri diantaranya : kegagalan beradaptasi,perasaan marah dan terisolasi,
dan lainnya Bunuh diri biasanya didahului oleh isyarat bunuh diri,ancaman bunuh
diri serta percobaan bunuh diri: Pengkajian orang yang bunuh diri juga mencakup
apakah orang tersebut tidak membuat rencana yang spesifik dan apakah tersedia
alat untuk melakukan rencana bunuh diri tersebut
III.2. SARAN
Hendaknya
perawat memiliki pengetahuan yang cukup cirri-ciri pasien yang ingin mengakhiri
hidupnya sehingga dapat mengantisipasi terjadinya perilaku bunuh diri pasien.
Hendaknya perawat melibatkan keluarga dalam melakukan asuhan keperawatan pada
pasien.
DAFTAR
PUSTAKA
CAPTAIN, C, ( 2008). Assessing suicide risk, Nursing made
incredibly easy, Volume
6(3), May/June 2008, p 46–53
Varcarolis, E M (2000). Psychiatric Nursing Clinical Guide, WB
Saunder Company,
Philadelphia.
Stuart, GW and Laraia (2005). Principles and practice of
psychiatric nursing, 8ed.
Elsevier Mosby, Philadelphia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar